Rabu, 11 Agustus 2010

SKALA LIKERT

     Dalam instrumen penelitian istilah “Skala Likert” tidaklah asing. Skala ini banyak digunakan dalam penelitian pendidikan, sosial dan psikologi karena manfaatnya untuk menjaring sikap responden. Karena luasnya penggunaan skala ini dan banyak mahasiswa belumlah tahu, baru sekedar mendengar dan belum paham lebih jauh mengenai skala Likert dan penggunaannya, maka tulisan ini bermaksud untuk membahas lebih jauh mengenai skala likert ini, penyusunannya juga termasuk dalam pengujiannya sehingga sebuah instrumen penelitian menjadi handal dan tepat dalam pengukuran sikap responden penelitian akan suatu hal.

TENTANG SKALA LIKERT

Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Nama skala ini diambil dari nama Rensis Likert, yang menerbitkan suatu laporan yang menjelaskan penggunaannya[1]. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:

  1. Sangat tidak setuju
  2. Tidak setuju
  3. Netral
  4. Setuju
  5. Sangat setuju

     Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip[2].

     Skala Likert merupakan metode skala bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia.

Kapan Pakai Skala Likert

  • Ingin menggambarkan secara kasar posisi individu dalam kelompoknya (posisi relatif).
  • Ingin membandingkan skor subyek dengan kelompok normatifnya.
  • Ingin menyusun skala pengukuran yang sederhana dan mudah dibuat

Tips Membuat Item pada Skala Likert (Likert Scale) di Tes Psikometri/Psikotes

     Item-item dalam skala likert terdiferensiasi dari sikap-sikap yang favorable hingga sikap-sikap yang unfavorable dan memiliki range of response diantara kedua sikap tersebut dalam satu kontinum.

     Skala likert dapat digunakan pada berbagai konteks, termasuk konteks klinikal, pendidikan, dan organisasi.  Dalam membuat item pada skala likert perlu diperhatikan hal-hal berikut ini. Dibawah ini tips membuat item skala likert:

  • Hindari  item yang mengacu pada banyak peristiwa masa lalu dibandingkan pada saat ini.
  • Hindari item yang dapat diinterpretasikan sebagai fakta padahal bukan.
  • Hindari item yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu cara.
  • Hindari item yang tidak relevan dengan konteks psikologis atau konstruk yang belum terbangun.
  • Hindari item yang jawabannya hampir sama oleh setiap orang atau item yang  tidak akan dipilih oleh seorangpun.
  • Susun item dengan bahasa yang sederhana, jelas, dan langsung.
  • Buat item pendek, tidak lebih dari 20 kata.
  • Satu item hanya berisi satu ide/pokok pikiran.
  • Hindari terjadinya double negatif.
  • Hindari item yang menyebabkan ambiguity pada responden.

Langkah Penyusunan Skala Likert

     Langkah dalam penyusunan skala likert secara rinci sebagai berikut:

  1. Menentukan dan memahami dengan baik apa yang akan diukur
  2. Menyusun Blue Printuntuk memandu penyusunan alat ukur
  3. Indikator yang secara teoritis-logis memberi kontribusi yang lebih besar harus diberikan pernyataan yang lebih banyak
  4. Pernyataan dibuat Favorable dan Unfavorable
  5. Membuat Item sesuai dengan kaidah
  6. Uji coba item
  7. Memilih item yang baik
  8. Menyusun item terpilih menjadi satu set alat ukur
  9. Menginterpretasikan hasil pengukuran

Menguji Instrumen

     Menguji validitas kuesioner sebagai instrumen pengumpul data dapat dilakukan dengan menganalisis item. Hal ini cukup penting karena akan menentukan tingkat ketepatan atau ketelitian kesimpulan penelitian. Pengujian instrumen meliputi dua hal yaitu: (1) Menguji validitas instrumen; (2) Menguji reliabilitas instrumen.

Menguji Validitas Instrumen

     Instrumen penelitian yang valid adalah kuesioner yang sesuai dengan variabel yang hendak diukur. Bagaimana cara menguji validitas sejumlah kuesioner yang telah dibuat untuk mengukur suatu variabel ?

     Validitas atau kesahihan menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat pengukur) mengukur apa yang harus diukur. A valid measure if it succesfully measure the phenomenon), seseorang yang ingin mengukur tinggi harus memakai meteran, mengukur berat dengan timbangan, meteran, timbangan merupakan alat ukur yang valid dalam kasus tersebut. Terdapat perbedaan pengelompokan jenis-jenis validitas, Elazar Pedhazur menyatakan bahwa validitas yang umum dipakai tripartite classification yakni Content, Criterion dan Construct, sementara Kenneth Bailey mengelompokan tiga jenis utama validitas yaitu : Face validity, Criterion Validity, dan construct validity, dengan catatan face validity cenderung dianggap sama dengan content validity.

     Validitas Rupa (Face validity) adalah validitas yang menunjukan apakah alat pengukur/instrumen penelitian dari segi rupanya nampak mengukur apa yang ingin diukur, validitas ini lebih mengacu pada bentuk dan penampilan instrumen. Menurut Djamaludin Ancok validitas rupa amat penting dalam pengukuran kemampuan individu seperti pengukuran kejujuran, kecerdasan, bakat dan keterampilan.

     Validitas isi (Content Validity). Valditas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrumen mengukur isi (konsep) yang harus diukur. Ini berarti bahwa suatu alat ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Menurut Kenneth Hopkin penentuan validitas isi terutama berkaitan dengan proses analisis logis, dengan dasar ini Dia berpendapat bahwa validitas isi berbeda dengan validitas rupa yang kurang menggunakan analisis logis yang sistematis, lebih lanjut dia menyatakan bahwa sebuah instrumen yang punya validitas isi biasanya juga mempunyai validitas rupa, sedang keadaan sebaliknya belum tentu benar.

     Validitas kriteria (Criterion validity) adalah validasi suatu instrumen dengan membandingkannya dengan instrumen-pengukuran lainnya yang sudah valid dan reliabel dengan cara mengkorelasikannya, bila korelasinya signifikan maka instrumen tersebut mempunyai validitas kriteria.

     Validitas konstruk (Construct Validity). Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep, validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kesanggupan suatu alat ukur dalam mengukur pengertian suatu konsep yang diukurnya. Menurut Jack R. Fraenkel validasi konstruk (penentuan validitas konstruk) merupakan yang terluas cakupannya dibanding dengan validasi lainnya, karena melibatkan banyak prosedur termasuk validasi isi dan validasi kriteria. Jack R. FraenkelI menyatakan bahwa untuk mendapatkan validitas konstruk ada tiga langkah di dalamnya yaitu : (1) Variabel yang akan diukur harus didefinisikan dengan jelas; (2) Hipotesis, yang mengacu pada teori yang mendasari variabel penelitian harus dapat membedakan orang dengan tingkat gradasi yang berbeda pada situasi tertentu; (3) Hipotesis tersebut diuji secara logis dan empiris.

Perhitungan/pengujian Validitas Instrumen

     Perhitungan statistik dapat dilakukan untuk perhitungan/pengujian validitas instrumen pengukuran. Tujuannya untuk mengetahui konsistensi internal, dalam arti sampai sejauh mana item-item mampu membedakan antara individu yang memiliki dan tidak memiliki sifat dari item pengukuran, hal ini berarti juga bahwa item-item dalam instrumen mengukur aspek yang sama. Dalam hubungan ini langkah yang dilakukan adalah dengan cara mengkorelasikan antara skor tiap item dengan skor total. Dalam melakukan perhitungan korelasi antara skor item dengan skor total dapat menggunakan rumus korelasi Product moment apabila nilai-nilai skala telah dilakukan konversi menjadi interval atau menggunakan rumus korelasi tata jenjang (Rank-Spearman).

Menguji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas

     Merupakan derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Pengujiannya dilakukan secara internal, dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada, atau secara eksternal, dengan melakukan test-retest. Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut dipergunakan secara berulang memberikan hasil ukur yang sama. Menurut Elazar J. Pedhazur “reliability refers to the degree to which test score are free from errors of measurement”, kesalahan pengukuran akan berakibat pada hasil yang berbeda dalam mengukur sesuatu yang sama.

Konsistensi butir :

     Buat dua instrumen butir-butir pertanyaan atau pertanyaan ekivalen. Misalnya: “berapa tahun usia anda?” adalah sama saja dengan “Anda lahir tahun berapa?”. Lakukan pengujian dua instrumen ini pada responden dan waktu yang sama, dan hanya sekali saja. Korelasikan data dari kedua instrumen tersebut. Bila korelasinya positif dan signifikan maka instrumen dinyatakan reliabel.

     Terdapat beberapa pandangan/cara untuk menilai/menghitung reliabilitas suatu instrument:

a. Teori pengujian klasik

     Teori pengujian klasik mengacu pada The true-score model dari Spearman. Menurut model ini skor/nilai hasil observasi terdiri dari dua komponen yaitu komponen nilai yang benar ditambah kekeliruan acak.

b. Metode paralel (Alternate Method)

     Cara ini dilakukan dengan memberikan dua bentuk pengukuran yang identik (dalam arti sejajar) kepada responden yang sama secara serempak. Dua pengukuran identik bermakna bahwa dua instrumen pengukuran tersebut dimaksudkan untuk mengukur konstruk yang sama namun dengan item-item pertanyaan/pernyataan yang berbeda.

c. Pendekatan Konsistensi internal

     Pendekatan konsistensi internal merupakan satu cara untuk mengurangi kesulitan yang diakibatkan oleh dua perlakuan atau dua bentuk pengukuran seperti dalam metode test-retest dan metode paralel. Dengan cara ini pengukuran hanya dilakukan satu kali (single-trial administration), sehingga dapat lebih efisien. konsistensi internal bermakna keajegan dari tiap item dengan item-item lainnya dalam suatu kerangka instrumen pengukuran. Terdapat beberapa cara untuk melakukan perhitungan reliabilitas antara lain Teknik belah dua (Split half method), Formula Rolon, KR20, KR21, dan Koefisien Alpha. Berikut ini akan dikemukakan contoh perhitungan reliabilitas.


[1] Likert, Rensis (1932), "A Technique for the Measurement of Attitudes", Archives of Psychology 140: 1–55

[2] Dawes, John (2008), "Do Data Characteristics Change According to the number of scale points used? An experiment using 5-point, 7-point and 10-point scales," International Journal of Market Research, 50 (1), 61-77.

2 komentar:

  1. Assalaamu'alaikum
    saya mau tanya karena saya sdg skripsi, intinya skala likert itu hanya cara pembuatan kusioner ya? cara menghitung validitasnya dan reliabilitasnya ttp menggunakan statistika dengan excel rata2 correl bukan? terima kasih

    BalasHapus