Sabtu, 04 September 2010

DOWNLOAD FILE-FILE FAVORIT DENGAN DOWNLOAD ACCELERATOR PLUS (DAP) 9.5

Bagi Anda yang selalu berhubungan dengan internet maka tidaklah asing dengan istilah download atau upload. Download sering kita lakukan, contohnya clip_image002update software, download software utility gratis, aplikasi, video, atau game gratis. Berdasarkan pengalaman ditemukan beberapa masalah dalam mendowload, yaitu: (1) lambatnya proses download; (2) terputusnya koneksi internet; (3) file yang rusak atau korup saat proses download; dan (4) rawannya keamanan dalam proses download (file mungkin mengandung virus, trojan atau malware).

Idealnya adalah proses download yang cepat, utuh dan aman. Untuk itu dibutuhkan sebuah program utility yang dapat mengcover problem yang timbul tersebut. Saya menyarankan untuk menggunakan Download Accelerator Plus (DAP), versi terbarunya (Agustus 2010) adalah Download Accelerator Plus (DAP) 9.5.

Keunggulan DAP:

  1. Proses download yang lebih cepat dan lebih mudah ketimbang tidak menggunakan DAP.
  2. Proses download dapat dilanjutkan bila koneksi internet terputus dan file tidak rusak.
  3. Download Accelerator Plus (DAP) 9.5 adalah program download manajer yang sangat populer di dunia (lebih dari 200juta orang yang telah menginstal program ini).
  4. DAP sangat mudah digunakan, berjalan otomatis bersama dengan bowser dengan kecepatan download yang paling cepat (DAP 95 sudah mendukung Google Chrome dan Fire Fox 4 dengan proses download yang dioptimalisasi).
  5. Dengan DAP 95, Anda juga dapat mendownload video favorit dari YouTube dan situs video favorit lainnya.
  6. Keamanan proses dowloading didukung oleh SpeedBit’s Multi Antivirus (MAV) yang memantau proses download.
  7. Yang terpenting adalah program utiliti ini gratis.

Anda yang tertarik ingin juga menggunakannya, bisa download di sini:

Download : http://download.speedbit.com/dap95.exe

File location : http://download.speedbit.com
Untuk kecepatan dan kenyamanan download gunakan Internet Download Accelerator.

SELAMAT MENCOBA

MANAJEMEN BERBASIS MADRASAH (MBM) DALAM PERSOALAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS MANEJERIAL

A. Manajemen Madrasah di Masa Kini

     Dalam era kemandirian madrasah dan era Manajemen Berbasis Madrasah (MBM), tugas dan tanggung jawab yang pertama dan yang utama dari para pimpinan madrasah adalah menciptakan madrasah yang mereka pimpin menjadi semakin efektif, dalam arti menjadi semakin bermanfaat bagi madrasah itu sendiri dan bagi masyarakat luas penggunanya. Agar tugas dan tanggung jawab para pimpinan madrasah tersebut menjadi nyata, kiranya mereka perlu memahami, mendalami, dan menerapkan beberapa konsep ilmu manajemen yang dewasa ini telah dikembangkan oleh pemikir-pemikir dalam dunia bisnis. Manakala diperdalam secara sungguh-sungguh, kiranya konsep-konsep ilmu manajemen tersebut memiliki nilai (dalam arti values) yang tidak akan menjerumuskan dunia pendidikan kita ke arah bisnis yang dapat merugikan atau mengecewakan masyarakat luas penggunanya.

     Kemampuan serta kemauan tersebut akan muncul manakala para pimpinan sekolah dapat membuka diri secara luas untuk mencari dan menyerap sumber-sumber yang dapat mendorong perubahan, dan kiranya konsep-konsep dasar untuk melakukan perubahan tersebut tersedia luas dalam bidang di luar bidang pendidikan itu sendiri, yakni bidang manajemen bisnis.

B. Konsep Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) Dalam Permasalahan Efisiensi dan Efektivitas

1. Konsep Manajemen Berbasis Madrasah

     Penerapan Manajemen Berbasis Madrasah merupakan bentuk penyesuaian dari pemberlakuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) / School Based Management (SBM) di era otonomi, seperti sekarang. Ide dasar MBS sendiri mengadopsi dari kegiatan reformasi pendidikan di belahan dunia, terutama Amerika dalam upaya merestrukturisasi pendidikan di negara adidaya tersebut.

     Istilah SBM/MBS sendiri digunakan secara variatif di belahan dunia, antara lain: di Inggris disebut Local Management of School; dan Grant Maintained Schools; di Australia bagian Victoria dikenal Better Schools; di Canada awalnya digunakan istilah School Based Budgeting tapi akhirnya diterapkan School Based Decision Making; di Selandia Baru dikenal Tomorrow’s School; di Hongkong dikenal School Management Initiative.

     MBS rupanya menarik diterapkan di Indonesia karena ia menawarkan potensi decion making (pengambilan keputusan) yang berkualitas terhadap aspek kunci dalam melakukan restrukturisasi pendidikan nasional seperti diinginkan banyak kalangan, mengingat mutu pendidikan nasional dalam dua dasawarsa terakhir semakin menurun.

     Sesungguhnya MBM bisa didefinisikan dengan tiga komponen utama:

a) delegasi otoritas decision making (pengambil keputusan) ke pihak madrasah menyangkut program pendidikan termasuk kepegawaian, anggaran dan program.

b) Penerapan model decision maker (bersama pada madrasah oleh tim manajemen termasuk Kepala Madrasah, guru, orang tua siswa, terkadang siswa dan masyarakat lainnya).

c) Ekspektasi dimana MBM akan mendorong leadership madrasah dalam upaya perbaikan madrasah.

     Singkatnya, perbedaan pengelolaan madrasah dengan model MBM dengan pengelolaan yang pernah berlaku sebelumnya adalah terletak pada sisi decision-making (pengambil keputusan) yang seharusnya diserahkan kepada madrasah.

     Penerapan MBM berimplikasi pada lima agenda reformasi pendidikan madrasah yang harus dilakukan:

     Pertama, Bidang kurikulum dan evaluasi yang harus dikembangkan adalah: (1) berdasarkan standar kompetensi nasional, (2) strategi pembelajaran di madrasah dikembangkan oleh masing-masing madrasah, (3) program-program pengayaan, muatan lokal, dan program tambahan sesuai aspirasi masyarakat/madrasah, (4) metode pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (inquiry, discovery, realistic math, dan lain-lain).

     Kedua, Bidang ketenagaan harus dilakukan inservice training dalam beberapa bentuk dan model, tergantung kebutuhan dan lingkupnya serta sumber dananya. Kegiatan yang dilakukan dapat berbentuk School Based Training, District Based Training, dan Provincial Based Training dengan out-sourcing yang bervariasi.

     Ketiga, Bidang Finansial. Dalam hal ini perlu dikembangkan bentuk-bentuk “Grant” dan “matching grant”, untuk beberapa program madrasah, terutama dalam rangka peningkatan mutu pendidikan madrasah. Bahkan jika diperlukan untuk ke depan, harus ada formula alokasi anggaran madrasah yang diberikan secara lumpsum dan dikelola sendiri oleh madrasah.

     Keempat, Bidang sarana dan prasarana perlu dirintis pengadaan yang lebih efektif dan efisien terutama yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Bahkan ke depan perlu dipertegas, jenis pengadaan apa yang harus dilakukan oleh pihak madrasah sendiri.

     Kelima, Bidang administrasi. Dalam hal ini perlu dipertegas wilayah mana yang menjadi garapan pemerintah dan yang menjadi hak otonomi madrasah.

2. Konsep Efisiensi dan Efektivitas dalam Manajemen

a. Efisiensi

     Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efficiency ”characterized by quantitative outputs” (Garner,2004). Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua hal:

1) Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya:

     Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu, tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang ditetapkan.

     Ragam efisiensi dapat dijelaskan melalui hubungan antara penggunaan waktu, tenaga, biaya dan hasil yang diharapkan dapat dilihat pada gambar berikut ini:

clip_image001

Gambar 1: Hubungan penggunaan waktu, tenaga, biaya dan hasil yang diharapkan

     Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan daya C dan hasil D yang paling efisien, sedangkan penggunaan daya A dan hasil D menunjukkan paling tidak efisien.

2) Dilihat dari segi hasil

     Kegiatan dapat dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.

     Ragam efisiensi tersebut dapat dilihat dari Gambar 2 berikut ini:

clip_image003

Gambar 2: Hubungan penggunaan waktu, tenaga, biaya tertentu dan ragam hasil yang diperoleh

     Pada gambar di atas menunjukkan penggunaan waktu, tenaga, biaya A dan hasil B paling tidak efisien. Sedangkan penggunaan waktu, tenaga, biaya A dan hasil D paling efisien.

     Tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi memungkinkan terselenggaranya pelayanan terhadap peserta didik dan stake holder secara memuaskan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan bertanggung jawab.

b. Efektivitas

     Efektif seringkali diartikan sebagai pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Garner(2004) mendefinisikan efektivitas lebih dalam lagi, karena sebenarnya efektivitas tidak berhenti sampai tujuan tercapai tetapi sampai pada kualitatif hasil yang dikaitkan dengan pencapaian visi lembaga. Effectiveness ”characterized by qualitative outcomes”. Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Manajemen keuangan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

C. Konsep Efisiensi dan Efektivitas dalam Manajemen Berbasis Madrasah (MBM)

     Masalah efisiensi pendidikan berkenaan dengan proses pengubahan atau transformasi masukan produk (raw input) menjadi produk (output). Salah satu cara menentukan mutu transformasi pendidikan adalah mengitung besar kecilnya penghamburan pendidikaan (educational wastage), dalam arti menghitung jumlah murid/mahasiswa/peserta didik yang putus sekolah, meng-ulang atau selesai tidak tepat waktu.

     Jika peserta didik sebenarnya memiliki potensi yang memadai tetapi mereka tidak naik kelas, putus sekolah, tidak lulus berarti ada masalah dalam efisiensi pendidikan. Masalah efisiensi pendidikan juga terjadi di perguruan tinggi. Masalah tersebut dapat diketahui dari adanya para mahasiswa yang sebenarnya potensial tetapi putus kuliah dan gagal menyelesaikan pendidikannya pada waktu yang tepat.

     Masalah efektivitas pendidikan berkenaan dengan rasio antara tujuan pendidian dengan dengan hasil pendidikan (output), artinya sejauh mana tingkat kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang dihasilkan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Pendidikan merupakan proses yang bersifat teleologis, yaitu diarahkan pada tujuan tertentu, yaitu berupa kualifikasi ideal. Jika peserta didik telah menyelesaikan pendidikannya namun belum menunjukkan kemampuan dan karakteristik sesuai dengan kualifiksi yang diharapkan berarti adalah masalah efektivitas pendidikan.

     Dalam manajemen sekolah, masalah efisiensi dan efektivitas mestilah mendapatkan proporsi yang sesuai. Manajemen sekolah tidak hanya melulu menekankan sisi efisiensi (biaya dan waktu) namun mengabaikan efektivitas kerja dan sebaliknya terlalu berfokus pada efektivitas kerja namun mengabaikan sisi efisiensinya. Sebaiknya pihak manajemen sekolah melihat atau berpegang pada tujuan yang hendak dipakai. Efektivitas dan efisiensi sebaiknya ditempatkan sebagai alat pengendali/acuan dalam setiap pengambilan keputusan manajerial yang dilakukan.

Sumber Bacaan:

Campbell, Roald F., Edwin M.Bridges, dan Raphael O.Nystrand. 1983. Introduction to Educational Administration. 5th edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Direktorat Pendidikan Dasar. 1995/1996. Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar. Ditdikdasmen Depdikbud.

Gorton, Richard A. & Schneider, Gail T. 1991. School-Based Leadership: Callenges and Opportunities. Dubuque, IA: Wm. C. Brown Publishers.

Kadarman, A.M. dan Udaya, Jusuf. 1992. Pengantar Ilmu Manajemen: Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Koontz, Harold dan O’Donnel, Cryill. 1984. Principles of Management: An Analysis of Managerial Functions. Third Edition. New York: McGraw-Hill Book Company. anullang, M. 1990. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mulyasa. (2002) Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. (2006) Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Redja Mudyahardjo. (2001) Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.

Rozikun, Ahmad dan Namaduddin. 2008. Strategi Perencanaan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) Di Tingkat Menengah. Cet. Ke-2. Jakarta: PT. Listafariska Putra.

Sarwoto. (1998) Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Stoner, James A.F dan R. Edward Freeman. 1992. Manajemen. Jilid 1. Edisi Keempat. Cet. Ke-1. Jakarta: Intermedia.

Timan, Agus, Maisyaroh, Djum Djum Noor Benty. 2000. Pengantar Manajemen Pendidikan. Malang: AP FIP Universitas Negeri Malang.